Indonesia kembali dilanda kabar tak sedap..
kali ini kabar tersebut bersumber dari Lampung.
Beberapa waktu lalu telah terjadi bentrokan antara warga Desa Agom dan warga Desa Balinugra..
menurut sumber, bentrok ini terjadi karena diduga adanya faktor pelecehan.
Pihak keluarga gadis yang diduga menjadi korban pelecehan sehingga
memicu bentrokan antarwarga, justru menyesalkan sampai terjadi bentrok warga
Desa Agom, Kalianda dan sekitarnya dengan Balinuraga, Kecamatan Way Panji,
Lampung Selatan.
"Kami sangat menyesalkan kejadian ini, urusan yang seharusnya bisa diselesaikan antar keluarga, malah jadi runyam, kita semua dirugikan akibat bentrok ini," kata Rohaimi (60), ayah gadis yang disebut-sebut sebagai korban tindakan pelecehan seksual, saat ditemui Antara kediamannya Desa Agom, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, Sabtu.
Peristiwa dialami kedua gadis itu, kemudian menyebarluas sebagai tindak pelecehan seksual, diduga memicu amarah massa sehingga berkumpul dan melakukan penyerangan hingga bentrokan berdarah tak terhindarkan lagi.
Rohaimi mengaku terkejut dengan pemberitaan media massa yang menurutnya justru makin memperuncing keadaan.
Ia menuturkan, awal mula kejadian, anak gadisnya itu bersama keponakannya yang juga wanita, berangkat ke Pasar Desa Patok di Kecamatan Waypanji untuk membeli sesuatu.
"Saat dalam perjalanan, menurut anak saya, ada sekitar 10 pemuda yang menggunakan sepeda mengganggunya hingga dia terjatuh karena satu sepeda menghadang motor yang dinaiki kedua gadis itu," ujar dia.
Selebihnya, karena kondisi korban luka-luka saat dibawa berobat ke bidan kampung setempat, disarankan agar kedua gadis tersebut dirawat di rumah sakit terdekat.
"Yang namanya masuk rumah sakit perlu biaya, jadi saya rundingan sama lurah setempat, untuk menemui pihak keluarga pemuda dari kampung tetangga untuk mempertanggungjawabkan biaya pengobatan anak saya dan keponakan itu," kata dia.
Dia juga menegaskan, tidak ada pengakuan dari anak gadisnya itu bahwa dia telah menjadi korban yang mendapatkan perlakuan pelecehan seksual.
"Saya menyesalkan kejadian ini, mengapa hal sepele seperti itu bisa menjadi besar. Bukan saya gembira, kalau pertanggungjawaban itu sepakat saya sudah senang, tapi kenyataannya menjadi besar seperti ini," kata dia lagi.
Ia mengaku, kini menjadi tidak nyaman menjalankan hari-hari kehidupannya usai konflik antarwarga beberapa desa itu.
Dia semestinya sudah bisa kembali berusaha, menggarap sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya, bahkan mencari biaya untuk perawatan anak gadisnya di rumah sakit tersebut.
Namun, justru keadaan menjadi semakin keruh.
"Makanya saya berharap sama media-media ini, terbitkanlah dan mengeluarkan fakta yang sesungguhnya, jangan ditambah-tambah, karena hal itu menambah suasana semakin meruncing," kata dia lagi.
Dia berharap terjalin kembali kerukunan antara warga Balinuraga dan Desa Agom serta daerah sekitarnya seperti sebelumnya.
"Dahulu tidak ada masalah, anak-anak bisa bebas saling melintasi antardesa, bahkan ketika warga dari Balinuraga membeli janur untuk peribadatan mereka, kami mencarikannya, itu tidak ada masalah. Tapi kenapa sekarang seperti ini kejadiannya, sungguh saya sangat menyesalkan," kata dia lagi.
"Kami sangat menyesalkan kejadian ini, urusan yang seharusnya bisa diselesaikan antar keluarga, malah jadi runyam, kita semua dirugikan akibat bentrok ini," kata Rohaimi (60), ayah gadis yang disebut-sebut sebagai korban tindakan pelecehan seksual, saat ditemui Antara kediamannya Desa Agom, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, Sabtu.
Peristiwa dialami kedua gadis itu, kemudian menyebarluas sebagai tindak pelecehan seksual, diduga memicu amarah massa sehingga berkumpul dan melakukan penyerangan hingga bentrokan berdarah tak terhindarkan lagi.
Rohaimi mengaku terkejut dengan pemberitaan media massa yang menurutnya justru makin memperuncing keadaan.
Ia menuturkan, awal mula kejadian, anak gadisnya itu bersama keponakannya yang juga wanita, berangkat ke Pasar Desa Patok di Kecamatan Waypanji untuk membeli sesuatu.
"Saat dalam perjalanan, menurut anak saya, ada sekitar 10 pemuda yang menggunakan sepeda mengganggunya hingga dia terjatuh karena satu sepeda menghadang motor yang dinaiki kedua gadis itu," ujar dia.
Selebihnya, karena kondisi korban luka-luka saat dibawa berobat ke bidan kampung setempat, disarankan agar kedua gadis tersebut dirawat di rumah sakit terdekat.
"Yang namanya masuk rumah sakit perlu biaya, jadi saya rundingan sama lurah setempat, untuk menemui pihak keluarga pemuda dari kampung tetangga untuk mempertanggungjawabkan biaya pengobatan anak saya dan keponakan itu," kata dia.
Dia juga menegaskan, tidak ada pengakuan dari anak gadisnya itu bahwa dia telah menjadi korban yang mendapatkan perlakuan pelecehan seksual.
"Saya menyesalkan kejadian ini, mengapa hal sepele seperti itu bisa menjadi besar. Bukan saya gembira, kalau pertanggungjawaban itu sepakat saya sudah senang, tapi kenyataannya menjadi besar seperti ini," kata dia lagi.
Ia mengaku, kini menjadi tidak nyaman menjalankan hari-hari kehidupannya usai konflik antarwarga beberapa desa itu.
Dia semestinya sudah bisa kembali berusaha, menggarap sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya, bahkan mencari biaya untuk perawatan anak gadisnya di rumah sakit tersebut.
Namun, justru keadaan menjadi semakin keruh.
"Makanya saya berharap sama media-media ini, terbitkanlah dan mengeluarkan fakta yang sesungguhnya, jangan ditambah-tambah, karena hal itu menambah suasana semakin meruncing," kata dia lagi.
Dia berharap terjalin kembali kerukunan antara warga Balinuraga dan Desa Agom serta daerah sekitarnya seperti sebelumnya.
"Dahulu tidak ada masalah, anak-anak bisa bebas saling melintasi antardesa, bahkan ketika warga dari Balinuraga membeli janur untuk peribadatan mereka, kami mencarikannya, itu tidak ada masalah. Tapi kenapa sekarang seperti ini kejadiannya, sungguh saya sangat menyesalkan," kata dia lagi.
Tokoh masyarakat Bali menyerukan umat di Bali tidak
terpancing dengan kerusuhan yang terjadi di Lampung Selatan. Sikap itu akan
sangat membantu bagi segera terciptanya perdamaian.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Persatuan Pasraman Bali (DPPB) Acharya Agni Yogananda, Jumat (2/10). "Umat di Bali harus bijak dan jangan terprovokasi," kata dia.
Acharya meminta umat di Bali menyerahkan sepenuhnya kasus kerusuhan di Lampung kepada pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat. Jika tidak bisa, barulah pemerintah pusat turun tangan untuk segera menciptakan perdamaian. Seruan senada disampaikan Ketua DPRD Bali Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi. Dia meminta warga Bali tidak bertindak anarki menyikapi persoalan ini.
Ratmadi menolak keras upaya pengiriman warga Bali ke Lampung untuk ikut membantu masalah itu. "Yang dibutuhkan masyarakat kita di sana adalah kebutuhan harian mereka seperti makanan, pakaian dan lainnya," tandasnya.
Ratmadi juga mengimbau warga Bali menyikapi kerusuhan Lampung dengan arif dan bijak. "Serahkan semuanya kepada pemerintah dan aparat keamanan," pintanya.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Persatuan Pasraman Bali (DPPB) Acharya Agni Yogananda, Jumat (2/10). "Umat di Bali harus bijak dan jangan terprovokasi," kata dia.
Acharya meminta umat di Bali menyerahkan sepenuhnya kasus kerusuhan di Lampung kepada pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat. Jika tidak bisa, barulah pemerintah pusat turun tangan untuk segera menciptakan perdamaian. Seruan senada disampaikan Ketua DPRD Bali Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi. Dia meminta warga Bali tidak bertindak anarki menyikapi persoalan ini.
Ratmadi menolak keras upaya pengiriman warga Bali ke Lampung untuk ikut membantu masalah itu. "Yang dibutuhkan masyarakat kita di sana adalah kebutuhan harian mereka seperti makanan, pakaian dan lainnya," tandasnya.
Ratmadi juga mengimbau warga Bali menyikapi kerusuhan Lampung dengan arif dan bijak. "Serahkan semuanya kepada pemerintah dan aparat keamanan," pintanya.
Akibat dari kerusuhan tersebut banyak pihak yg prihatin atas
kejadian tersebut.
Di antaranya Ketua Umum Palang Merah Indonesia, M Jusuf
Kalla mengatakan, etnis Bali yang berada di Lampung Selatan tidak boleh terusir
dari daerah tersebut. Konflik harus dihentikan dengan perdamaian antara kubu
yang bertikai.
"Mereka orang Lampung, semua bangsa kita berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), jadi tidak boleh ada usir-usiran karena akan menimbulkan adanya pertentangan atau konflik," kata M Jusuf Kalla di Bandarlampung, Jumat (2/11).
Menurutnya, jika terjadi pengusiran etnis tertentu di Lampung, kemungkinan ada lagi warga daerah itu yang diusir dari provinsi lain. "Jika ada pengusiran etnis tertentu, nanti kemungkinan ada warga Lampung yang diusir dari Pulau Jawa atau warga Bugis yang diusir dari daerah lain. Apa mau negara kita terpecah menjadi sepuluh bangsa?" ujar JK.
Menurut dia, rekonsiliasi diharapkan bisa terwujud antara kedua pihak yang bertikai. "Rekonsiliasi akan terwujud karena bangsa kita merupakan bangsa yang besar," ujar JK.
JK juga meminta agar kasus bentrokan yang terjadi di Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno Kecamatan Waypanji Lampung Selatan diusut tuntas.
"Mereka orang Lampung, semua bangsa kita berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), jadi tidak boleh ada usir-usiran karena akan menimbulkan adanya pertentangan atau konflik," kata M Jusuf Kalla di Bandarlampung, Jumat (2/11).
Menurutnya, jika terjadi pengusiran etnis tertentu di Lampung, kemungkinan ada lagi warga daerah itu yang diusir dari provinsi lain. "Jika ada pengusiran etnis tertentu, nanti kemungkinan ada warga Lampung yang diusir dari Pulau Jawa atau warga Bugis yang diusir dari daerah lain. Apa mau negara kita terpecah menjadi sepuluh bangsa?" ujar JK.
Menurut dia, rekonsiliasi diharapkan bisa terwujud antara kedua pihak yang bertikai. "Rekonsiliasi akan terwujud karena bangsa kita merupakan bangsa yang besar," ujar JK.
JK juga meminta agar kasus bentrokan yang terjadi di Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno Kecamatan Waypanji Lampung Selatan diusut tuntas.
Kita doakan semoga kasus ini dapat cepat terselesaikan dan tercipta suasana yg damai...
astungkara..
amiinnn..