Sejarah Gamelan
“Pande mas, pande besi, pande tembaga, pemukul, pagending, pabunjing, papadaha, pabangsi, partapuka, parbwang turun dipanglapuan Singhamandawa di bulan besksha, hari pasaran Wijaya manggala”
Jika diterjemahkan bisa menjadi seperti dibawah ini:
“Juru tabuh benyi-bunyian penari, biduan, juru gepek, juru rebad, tapel-topeng, wayang, di buat oleh pegawai di Singhamandawa bulan ke X yaitu pada pemerintahan raja Ugrasena di Bali.”
Dalam perkembangan-perkembangan sejarah di mana sejak abad ke VIII sampai pada abad ke XVIII adanya kontak antara Jawa dan Bali yang menyebabkan terbawanya banyak barang-barang kesenian, khususnya gamelan, kendatipun berupa instrument yang terpisah. Bentuk gamelan yang di buat dari besi. Dan bergai jenis-jenis Gong yang ada di Bali merupakan instrument kebudayaan Asia Tenggara yang tergolong kebudayaan Melayu Kuna. (Bandem I Made, 1986)
Berarti gamelan yang ada di Bali sudah ada sejak jaman dulu, karena dengan bukti adanya prastasti Bebetin yang berangka tahun 896 Masehi. Gamelan Bali dipengaruhi pula oleh kebudayaan dari Jawa, berarti gamelan yang ada di Bali ini tidak murni dari Bali saja, namun sudah adannya instrument-instrumen gamelan dari Jawa, gamelan di Bali dengan di Jawa hampir mirip karena dipengaruhi oleh faktor tersebut, hanya saja nada yang di lantunkan berdeda-beda bila di cermati Gamelan di Bali lebih cepat di Bandingkan Gamelan yang ada di Jawa.
Fungsi Gamelan Di Bali
Ada beberapa fungsi dari gamelan yang ada di Bali, diantaranya: berfungsi untuk mengiringi upacara keagamaan, hiburan, presentasi yang artistik, (Bandem I Made. 1986:46). Dimana gamelan befungsi mengiri upacara yaitu gamelan mengiri upacara yang sedang di laksanakan. Dalam upacara Dewa Yajna sudah pasti gamelan yang di pakai itu adalah Gong. Gong ini akan mengiringi jalannya pelaksaan upacara dengan berbagai jenis tetabuhan, dan mengiringi tarian sakral yang di pentaskan pada saat upacara berlangsung. Dalam upacara Pitra Yajna gamelan yang di gunakan itu adalah Angklung dan Gambang, yang mengiri jalannya pelaksanaan upacara tersebut pada saat penguburan, pembakaran atau pada saat pengabenan. Fungsi gamelan sebagai hiburan, yaitu di adakannya pertunjukan gamelan, atau gamelan itu mengiringi tarian hiburan maka gamelan itu berfungsi sebagai hiburan karena dapat menghibur masyarakat. Fungsi Gamelan sebagai presentasi artistik yaitu dengan mengadakan lomba-lomba guna menambah semangat serta wawasan dalam gamelan tabuh. Dan gamelan juga dapat befungsi sebagai pengiring sebuah tarian.Jenis-Jenis Gamelan di Bali
Banyak jenis gamelan yang di Bali yang di kelompokan ke dalam tiga kelompok, atau di golongan yaitu:- Gamelan Tua
Saron, Selonding Kayu, Gong Besi, Gong Luang, Slonding Besi, Angklung Kalentang, Gender Wayang. - Gamelan Madya
Pengambuhan, Semarpagulingan, Pelegongan, Bebarongan, Joged Pingitan, Gong Gangsa jongkok, Babonangan, Rindik Gndrung. - Gamelan Baru
Pengarjaan, Gong kebyar, Pejangeran, Angklung bilah 7, Joged Bung-bung, Gong Suling. (Dokumentasi Tabuh-Tabuh Bali Klasik.2000:8)
Pengertian Gong Luang
Gong Luang terdiri dari 2 suku kata yaitu Gong dan Luang. Kata “Gong” mengacu pada nama salah satu instrument gamelan tradisional Bali yang terbuat dari bahan perunggu bentuknya bulat seperti nakara, memiliki moncol pada sentralnya dan moncol itulah yang biasanya dipukul. Ukuran gong ini paling besar di antara barungannya (unitnya). Fungsinya dalam barungan adalah sebagai finalis lagu.Istilah gong juga dipakai untuk memberi nama pada satu barungan gamelan. Contoh: Gamelan Gong Gede, Gamelan Gong Kebyar, Gamelan Gong Suling, Gamelan Gong Beri dan lain sebagainya. Selanjutnya kata “Luang: atau “Ruang” atau “Rong” berarti ruang atau bidang. Istilah “Luang” ini sangat popular dipergunakan dalam dunia perundagian (arsitektur tradisional Bali), untuk menyebutkan nama bidang atau ruang - ruang kosong yang akan diberi hiasan berupa motif - motif ukiran dan sejenisnya. Istilah “Luang” dipakai juga penamaan salah satu lagu Gambang yaitu “Menjangan Saluang”. Menjangan Saluang juga mengacu pada nama salah satu bangunan suci yang terdapat di Merajan/Sanggah (Tempat Suci keluarga bagi umat Hindu Bali). Di Sumatra, dikenal istilah “Saluang” untuk memberi nama pada sebuah bentuk instrumen tiup (seruling).
Menurut I Nyoman Raweg (Sudiana, 1982: 4) istilah “Luang” berarti kurang. Dalam hal ini dikatakan mengatan bahwa apabila unit gamelan tersebut kurang lengkap maka dinamakanlah Gong Luang. Tetapi, lebih lanjut Raweg mengatakan bahwa pendapat ini pun ternyata simpang siur. Pendapat lain menyatakan bahwa justru barungan yang lengkaplah bernama Gong Luang sedangkan yang kurang bernama “Saron” yaitu terdiri atas saron, gangsa jongkok besar dan gangsa jongkok kecil. Kelompok masyarakat lain mengatakan bahwa lengkap atau tidak barungan itu tetap saja namanya Gong Luang.
Terlepas dari pengertian “Luang” yang terpisah - pisah serta terkesan simpang siur tersebut. Pengertian Gong Luang yang dimaksud dalam deskripsi ini tidaklah dalam artinya yang simpang siur itu bahwa yang dimaksud dengan Gong Luang secara umum adalah barungan gamelan yang terdiri dari 7 (tujuh) nada. 5 (lima) buah nada sebagai nada pokok dan 2 buah nada sebagai nada pemero berlaraskan pelog miring. Bentuk gamelan Gong Luang serupa dengan gamelan gong kebyar hanya saja Gong Luang terdiri dari 8 (delapan) atau 9 (sembilan) instrument sedangkan Gong Kebyar terdiri dari 25 sampai 30 instrumen. Sebagaimanina diinformasikan di atas, bahwa dalam Gong Luang terdapat 5 buah nada pokok dan 2 buah nada pemero. Meskipun demikian, pada suatu saat semua nada tersebut berfungsi sebagai nada pokok tergantung pepatutan yang dipakai.
Sejarah Gong Luang
Informasi mengenai Gong Luang. Baik yang berupa informasi oral, buku, deskripsi maupun artikel - artikel lainnya belum banyak ditemui. Oleh karena itu maka uraian mengenai asal - usul sejarahnya lebih banyak bersifat dugaan belaka. Menurut I Nyoman Rembang gamelan Gong Luang diperkirakan berasal dari Majapahit, dibawa ke Bali oleh sekelompok orang setelah kerajaan tersebut mengalami kejatuhan. Atau bisa jadi dibawa oleh sekelompok orang tatkala kerajaan Majapahit sedang jaya. Dugaan ini dilandasi atas adanya kemiripan antara gamelan Jawa yang ada sekarang dengan gamelan Gong Luang yang ada di Bali saat ini. Bedanya hanya terletak pada jumlah instrument. Jumlah instrument gamelan Gong Luang di Bali lebih sedikit dibandingkan jumlah barungan gamelan Jawa sekarang. Selain itu, instrument yang bernama trompong dan riyong yang semula di Jawa dijajar empat - empat dalam satu tungguh, sekarang dijadikan 8 (delapan) dalam satu tungguhnya. Selanjutnya menurut Rembang bahwa apabila dilihat relief - relief gamelan yang terpampang pada dinding - dinding Candi Prambanan di Jawa Timur ternyata memiliki kemiripan dengan Gong Luang di Bali. Maka semakin kuatlah dugaan bahwa Gong Luang berasal dari Majapahit. Bukti lain yang dapat diterangkan bahwa dalam hal tembang atau lagu - lagu yang dipergunakan pada umumnya memakai iringan vokal berbahasa Jawa Kuno atau Jawa Tengahan.Sejalan dengan pendapat di atas, informan Made Karba (Budana, 1984: 9) mengatakan juga bahwa Gong Luang berasal dari kerajaan Majapahit. Sepanjang pengetahuannya, konon pada zaman dahulu para patih dan punggawa dari kerajaan Kalianget berhasil merampas seperangkat gamelan Gong Luang dari Jawa Timur (Majapahit) dan langsung dibawa ke Bali. Gamelan tersebut didemonstrasikan di Desa Sangsi, Desa Singapadu Kabupaten Gianyar. Selang beberapa hari kemudian, di desa Sangsi terjadi pertempuran antara raja Sangsi melawan raja Singapadu. Akibatnya gamelan itu ditinggal begitu saja di desa Sangsi. Selanjutnya gamelan tersebut dikuasai oleh sekelompok masyarakat (warga Pasek) sampai sekarang. Itulah sebabnya gamelan Gong Luang tersebut dianggap sebagai milik keluarga Pasek (Gong Luang druwe Pasek). Sementara itu gamelan Gong Luang di desa Tangkas Kabupaten Klungkung yang dianggap sebagai Gong Luang yang paling tua usianya di Bali, memiliki sejarah yang menunjang asumsi di atas. Menurut Informan I Nyoman Gejer dari Desa Tangkas ini mengatakan bahwa ayahnya I Nyoman Digul dan Mangku Ranten pernah belajar sekaligus menjadi anggota Sekehe Gong Luang di Puri (Kerajaan) Klungkung. Ketika pecah perang Puputan Klungkung tahun 1908, barungan Gong Luang milik kerajaan tersebut dirampas oleh Belanda. Selanjutnya masyarakat tidak mengetahui dimana barungan Gong Luang itu berada.
Sedangkan barungan Gong Luang yang ada di Tangkas sekarang adalah buatan baru beberapa tahun kemudian, dikerjakan di Desa Tihingan. Nada - nada Gong Luang yang baru ini dibuat semaksimal mungkin mendekati nada aslinya (yang pernah ada di Puri) atas jasa Mangku Ranten. Dari penjelasan informan di atas, rupa - rupanya barungan gamelan Gong Luang di Puri Klungkung tersebut berasal dari Majapahit mengingat hubungan antara kerajaan Klungkug dengan kerajaan Majapahit ketika itu sangatlah akrab.
Lain lagi cerita yang diperoleh di Desa Kerobokan Kabupaten Badung. Keberadaan Gong Luang di desa ini memiliki sejarah yang cukup unik. Sekitar abad XVI (Sudiana, 1982: 16) tersebutlah 3 (tiga) kerajaan kecil di desa itu yakni: Kerajaan Lepang, Kerajaan Taulan dan Kerajaan Kelaci. Ketiga raja di masing - masing kerajaan itu bergelar I Gusti Ngurah. Diceritakan bahwa raja kerajaan Lepang dan Kelaci masih muda. Keduanya sedang berusaha mencari jodoh. Di pihak lain, raja kerajaan Taulan memiliki seorang putri, selain cantik, juga ramah dan penuh sopan santun, Tidaklah mengherankan apabila banyak raja disekitarnya yang tertarik kepada putri ini semua berminat memperistrinya. Dalam waktu cukup lama, raja Taulan bingung menjatuhkan pilihan bagi putrinya. Namun akhirnya raja Taulan menyetujui raja dari Kelaci. Raja - raja lain yang berminat tentu saja kecewa. Namun yang paling kecewa adalah raja kerajaan Lepang.
Pada suatu hari, raja Lepang secara diam - diam memasuki kerajaan Taulan dan akhirnya berhasil menculik Sang Putri. Berita hilangnya Sang Putri segera tersebar. Raja Kelaci yang telah resmi dijodohkan menjadi sangat marah kepada calon mertuanya dan tanpa pikir membakar hangus kerajaan Taulan. Raja Lepang membalas dendam lalu menyerang dan membakar hangus kerajaan Kelaci. Raja Kelaci pun berbalik menyerang dan membakar kerajaan Lepang. Konon, dalam waktu yang tidak begitu lama, ketiga kerajaan itu hancur dan rata dengan tanah. Persada Kerobokan dibanjiri darah di mana - mana. Beberapa orang rakyat yang berhasil menyelamatkan diri ke desa lain. Sepanjang pelarian itu mereka terpaksa “Ngerobok’ (mengarungi) darah. Daerah itulah selanjutnya dinamai desa Kerobokan.
Selang beberapa lama kemudian, seorang petani dari Desa Tektek Peguyangan yang tinggal di Kerobokan memacul tanah - tanah tegalan di bekas kerajaan Lepang. Dia sangat terkejut, karena pada tanah yang digalinya itu ditemukan sebuah gong dan beberapa buah trompong. Gamelan tersebut diduga milik kerajaan Lepang. Seluruh benda itu dibawanya pulang dan diserahkan kepada I Dukuh Sakti. Selanjutnya, di tempat dimana ditemukannya gamelan itu didirikan sebuah Pura. Lama - lama, Pura ini digabung ke Pura Gunung Payung di Banjar Petingan - Kerobokan.
Adapun sebuah Gong dan beberapa trompong yang ditemukan itu, oleh I Dukuh Sakti dan keluarganya yang lain di sekitar Kerobokan ditambahkan lagi dengan alat - alat kelengkapan yang lain dengan mendatangkan ahlinya dari Klungkung. Konon, Pande dari Klungkung tersebut terus menetap di Desa Kerobokan.
Instrumen Gong Luang
Gong Luang diklasifikasikan sebagai gamelan golongan tua. Barungan gamelan Gong Luang tersebut pada umumnya terdiri dari:- Instrumen Berbilah: Gangsa jongkok (2 buah pemade dan 2 buah kantil). Jublag 2 buah, Jegog 2 buah dan Saron.
- Instrumen Bermoncol: Trompong 1 tungguh, riyong 1 tungguh, Gong, Kempur, Kajar, Kendang 2 buah, Cengceng dan Suling.
Jumlah instrument tersebut tidaklah mutlak. Hal itu sangat tergantung pada kondisi Daerah atau Desa dimana Gong Luang itu berasal. Jumlah instrument Gong Luang Desa Kerobokan dapat diinformasikan sebagai berikut:
• Riyong 2 buah
• Kendang 1 buah
• Kenyong Ageng 1 buah
• Saron 2 buah
• Kenyong Alit 1 buah
• Jublag 1 buah
• Penyahcah 1 buah
• Cengceng Ricik 1 pangkon
• Jegogan 2 buah
• Kempur 1 buah
• Gong 2 buah (lanang - wadon)
Jumlah instrument Gong Luang Desa Apuan - Singapadu dapat diinformasikan sebagai berikut:
• Kendang 1 buah
• Gangsa Ageng 1 buah
• Cengceng Kopyak 1 pasang
• Riyong 2 buah
• Gong 1 buah
• Cengceng Ricik 1 pangkon
• Gangsa Alit 1 buah
• Kajar 1 buah
• Jegogan 2 buah
• Kempur 1 buah
• Saron 2 buah
Jumlah instrument Gong Luang Desa Tangkas - Klungkung dapat diinformasikan sebagai berikut:
• Gong 1 buah
• Riyong Pemetit 1 buah
• Riyong pemero 1 buah
• Gambang 2 buah
• Gangsa Alit 2 buah
• Kendang Bedug 1 buah
• Riyong Penyelat 1 buah
• Riyong Mananga 1 buah
• Gangsa Ageng 1 buah
Bentuk Gong Luang
Susunan nada yang terdapat dalam gamelan Gong Luang berjumlah 7 (nada) atau disebut saih pitu yaitu: ndang, ndaing, nding, ndong, ndeng, ndeung, ndung. Sedangkan pembagian larasnya secara proposional dibagi atas 3 (tiga) yaitu laras pelog, laras selendro, dan laras keselendroan. Dari sini dapat ditafsirkan bahwa Gamelan Gong Luang merupakan babon dari semua jenis karawitan yang ada sebelumnya atau yang mengenal laras pelog dan selendro. Arti sederhananya bahwa gamelan Gong Luang dapat dimainkan dalam laras pelog dan selendro. Hal ini dapat dibuktikan dari susunan nada - nadanya yang diturunkan sedemikian rupa sehingga dikenal pembagian tugas nada - nada yang disebut pepatutan: Selisir, Tembung, Sunaren, Pengenter, Baro, Lebeng. Semuanya ini dapat dikelompokkan ke dalam laras pelog. Sedangkan dalam laras selendro dapat diturunkan patutan: Sekar Kemuning, Pudak Sategal dan Isep Menyan.Menurut sistem pembagian tugas nada,, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
• Patet Selisir : 345713
• Patet Sunaren : 45712
• Patet Tembung : 34613
• Patet Pengenter : 13512
• Patet Baro : 35612
• Patet Lebeng : 4567123
• Patet Sekar Kemuning : 45713
• Patet Pudak Sategal : 57134
• Patet Isep Menyan : 13547
Sebagai suatu catatan bahwa Gamelan Gong Luang ditinjau dari struktur nada yang dipergunakan hampir sama dengan gamelan - gamelan saih pitu lainnya. Itulah sebabnya suasana laras Gong Luang lebih dekat dengan gamelan Gambang. Dalam hal ini susunan nada Gambang yang ditransfer ke Gong Luang adalah sebagai berikut: Nding, ndong, ndeng, ndeung, ndung, ndang, ndaing.
Pada umumnya dalam barungan gamelan memiliki ciri khas masing - masing sejalan dengan bentuk dan jumlah alat - alatnya. Demikian pula mengenai bentuk lagu (gending) dalam barungan Gong Luang hampir sama atau mungkin juga sama dengan kebanyakan gamelan yang memiliki susunan nada saih pitu (tujuh nada). Asumsi ini perlu dikaji kebenarannya. Perbedaan bentuk lagu yang didasari atas perbedaan bentuk alat, jumlah alat - alat yang fungsional misalnya akan tampak bahwa bentuk lagu - lagu Arja akan berbeda dengan bentuk lagu Gong Luang. Bahkan dalam karawitan vokal kekidungan misalnya hanya dikenal satu bentuk saja tanpa pengawak, pengisep, pengecet dan seterusnya.
Di bawah ini adalah salah satu contoh bentuk (struktur) lagu Gong Luang yang berjudul “Gegitan Malat” Komposer I Wayan Sinthi, MA sebagai berikut:
- Pengawit: Diawali ucapan “Om” yang diucapkan oleh seluruh pengerawit, kemudian dilanjutkan dengan instrumentalia.
- Pengawak: Gending ini pararel antara vokal dengan instrumental yang disajaikan sedemikian rupa dengan tiga kali pukulan gong.
- Nyalit: Merupakan peralihan lagu berupa instrumentalia
- Pengisep: Bagian lagu ini motifnya hampir sama dengan pengawak diselang - seling dengan vokal dan instrumentalia.
- Nyalip: Sama dengan di atas yaitu merupakan instrumentalia yang hubung.
- Pengecet: Bagian akhir dari vokal dengan irama dinamis dan semarak.
- Pakaad: Bagian lagu ini mencapai final, iramanya semakin cepat dan akhirnya terjadi anti klimaks, menurun perlahan secara rikrih, lagu ditutup dengan pukulan Gong.
Bentuk lagu Gong Luang di atas sebenarnya telah mengalami pengembangan dari repertoar Gong Luang yang telah ada. Namun secara umum, repertoar di atas tetap mempertahankan keklasikan yang telah ada dan berakar kuat di dalam masyarakat. Modifikasi di atas semata - mata untuk mengikuti selera masa kini sehingga isu - isu bahwa lagu - lagu Gong Luang kurang diminati generasi muda dapat terjawab.
Fungsi Instrument Gong Luang
A. Pada Bagian Lagu
Trompong berfungsi sebagai pemurba lagu: mengatur serta memimpin jalannya lagu. Tugasnya memberikan petunjuk mekanisme suatu lagu, bekerja sama dengan kendang untuk mengatur irama. Instrumen lainnya seperti Riyong, Gangsa Pamade, Kantil dan Jublag berfungsi sebagai pemangku lagu serta ikut mengiringi jalannya lagu. Tugasnya dapat tanda mengisi peluang - peluang diantara melodi berupa pola - pola, motif - motif sesuai dengan teknik pukulan masing - masing.B. Pada Bagian Irama
Kendang berfungsi sebagai pemurba irama: mengatur serta memimpin jalannya irama. Tugasnya memberi aksen serta petunjuk di dalam mengatur mekanisme tetabuhan, juga bertugas untuk memulai serta menghentikan tetabuhan. Kempur dan Jegog berfungsi sebagai pemangku masing-masing irama yakni ikut mengiringi tetabuhan. Tugasnya untuk memberikan sekat (pemenggalan lagu) serta menentukan bagian - bagian tetabuhan. Gong berfungsi sebagai pemangku irama: mengikuti serta mengiringi jalannya irama. Tugasnya untuk mengakhiri fase –frase lagu dan tanda final sebuah lagu.Tugas dan fungsi masing - masing instrument seperti yang disebutkan di atas tidaklah mutlak demikian. Peluang - peluang kreativitas Sang Pencipta (Penggarap) tetap terbuka sesuai dengan persepsi, obsesi dan wawasannya untuk menangkap perkembangan - perkembangan. Pada umumnya perubahan - perubahan tersebut. Baik berupa penambahan maupun pengurangan berkisar pada:
• Instrumen Karawitan
• Bentuk Gending
• Teknik Pukulan
• Fungsi Karawitannya
Teknik Permainan Gong Luang
Teknik atau gegebug dalam gamelan Bali merupakan suatu hal yang pokok, Gegebug atau teknik permainan bukan hanya sekedar keterampilan memukul dan menutup bilah gamelan, tetapi mempunyai konotasi yang lebih dalam dari pada itu. Gegebug mempunyai kaitan erat dengan orkestrasi dan menurut prakempa (sebuah lontar gamelan Bali) bahwa hampir setiap instrument memiliki teknik tersendiri dan mengandung aspek ‟physical behavior‟ dari instrumen tersebut. Sifat fisik dari instrumen-instrumen yang terdapat dalam gamelan memberi keindahan masing-masing pada penikmatnya.
Teknik memainkan gamelan Gong Luang sangat khas dan unik yang tidak didominasi oleh teknik kotekan-kotekan. Teknik permainan Gong Luang juga merupakan sumber dari teknik permainan gamelan Bali lainnya. Dalam gamelan Gong Kebyar, teknik tersebut ditransformasikan dengan istilah ‟leluwangan‟. Berikut ini merupakan teknik permainan yang dipakai dalam gamelan Gong Luang :
A. Teknik permainan pada instrumen Terompong atau Reyon
- Pukulan Ngempat/ngembyang, yang dimaksudkan adalah, memukul secara bersamaan dua buah nada yang sama dalam satu oktafnya.
- Pukulan Ngempyung, yang dimaksudkan adalah memukul secara bersamaan dua buah nada yang tidak sama yaitu memukul dua buah nada dengan mengapit dua buah nada ditengah-tengah.
- Pukulan Nyilih Asih adalah memukul beberapa nada satu persatu, baik dilakukan dengan satu atau dua tangan secara berurutan maupun berjauhan.
- Pukulan Norot Pelan adalah memukul dengan tangan kanan dan kiridengan sistem pemain memukul sambil menutup atau nekes dimanapelaksanaannya bergantian.
- Pukulan ubit-ubitan adalah teknik ermainan yang dihasilkan dari perpaduan sistem on-beat (polos) dan of-beat (sangsih). Pukulan polos dan sangsih jika dipadukanakan menimbulkan perpaduan bunyi yang dinamakan jalinan atau bisa disebut interlocking.
B. Teknik permainan pada instrumen Gangsa Jongkok Besar dan Kecil
Pukulan Neliti/ Nyelah adalah memukul kerangka gending atau lagu secara polos dalam arti tidak memakai variasi.C. Teknik permainan pada instrumen Saron bamboo
- Pukulan Neliti/ Nyelah adalah memukul kerangka gending atau lagu secara polos dalam arti tidak memakai variasi.
- Pukulan Niltil adalah pukulan satu nada dengan tangan kanan atau kiri yang temponya semakin lama semakin cepat. Pukulan ini biasanya digunakan pada saat mencari pengalihan gending atau lagu.
- Teknik Nyangsihin atau ngantung. Pukulan ini bertujuan untuk membuat suara instrumen saron lebih terdengar.
D. Teknik permainan pada instrumen Jublag atau Calung
Pukulan Neliti/ Nyelah adalah memukul kerangka gending atau lagu secara polos dalam arti tidak memakai variasi, pada instrumen Jublag atau Calung pukulannya lebih jarang.E. Teknik permainan pada instrumen Jegog
Pukulan Ngapus menggunakan tutupan sambil memukul sebelum memukul nada/bilah selanjutnya.F. Teknik permainan pada instrumen kendang
Pukulan kendang di dalam gamelan Gong Luang, hanya dimainkan pada waktu akan mencari gong atau habisnya satu putaran lagu dan dipukulnya menggunakan panggul.G. Teknik permainan pada Ceng-Ceng Kopyak
Pukulannya disini, dimainkan dengan sistem cecandetan ceng-ceng kopyak pada umumnya.
H. Teknik permainan Ceng-Ceng Kecek
Pukulan Ngajet adalah memukul intrumen ceng-ceng dengan kedua tangan secara bergantian.I. Teknik permainan Kajar
Pukulan Penatas Lampah adalah pola pukulan kajar yang menggunakan pola ritme yang sama atau ajeg dari satu pukulan kepukulan yang lain dan mempunyai jarak dan waktu yang sama.J. Teknik permainan pada instrumen Kempul
Nama pukulannya adalah Selah Tunggul,yang dimana pukulan kempul jatuh sebelum instrumen Gong dibunyikan.K. Teknik permainan pada instrumen Gong
Jatuhnya pukulan Gong, menandakan lagu itu sudah berakhir karena fungsi dari instrumen gong merupakan sebagai finalis dan nama pukulannya adalah Pukulan Purwa Tangi.Dapat disimpulkan teknik-teknik gegebug atau pukulan pada gamelan Gong Luang sebagian besar sama dengan teknik-teknik permainan pada gamelan Gong Kebyar dan Gong Gede.
Fungsi Gong Luang
Pada umumnya fungsi Gong Luang. Baik Gong Luang Kerobokan - Badung, Apuan - Gianyar maupun Gong Luang Tangkas - Klungkung memiliki kesamaan.A. Sebagai sarana dalam upacara
Yang dimaksud dengan “Upacara” adalah upacara adat dan agama Hindu di Bali. Pelaksanaan dari salah satu aspek agama Hindu yakni “Upacara” dan “Upacara, tertuang dalam kegiatan yang mencakup lima kegiatan dalam “Panca Yadnya”. Kelima Yadnya tersebut adalah Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya dan Bhuta Yadnya. Untuk pelaksanaan kelima yadnya inilah Gong Luang tersebut sangat berperan.Di dalam Dewa Yadnya, Gong Luang berfungsi sebagai penunjang upacara. Alat gamelan yang dipakai pada umumnya hanya Gong Lanang - Wadon, Kempur, Bende, Kempli, Cengceng 6 cakep, Kendang Cedugan Lanang - Wadon, Gangsa Gantung 2 buah, Gangsa Jongkok 2 buah, Riyong 2 tungguh. Perangkat ini tanpa Saron. Nama - nama gending yang biasanya dipakai: Sekar Tanjung, Lodra, Sarwa Manis, Tabuh Telu dan Gilak.
Di dalam Pitra Yadnya seperti Ngaben misalnya alat yang dipakai adalah Gong Luang saja tanpa Saron. Nama - nama gending yang biasanya dipakai adalah sama seperti yang dipakai dalam Dewa Yadnya. Sedangkan dalam rangka: “Memukur” dipakai gamelan lengkap dengan Saron. Adapun nama - nama gending yang biasa dipakai adalah: Pengarit, Kembang Barig, Gondang Puyung, Belumbang, Lilit Tayog, dan Pengayat.
B. Sebagai pengiring tari dalam upacara
Gong Luang juga dipergunakan untuk mengiringi tari - tarian sakral. Yang dimaksud dengan tarian sakral semua tarian yang dilibatkan secara fungsional di dalam rangkaian upacara adat dan agama. Misalnya Tari Topeng, Tari Baris Poleng, Tari Pendet, Tari Rejang dan lain sebagainya.C. Sebagai sarana “Mayah Sesangi”(Bayar Kaul)
Tradisi ini terjadi di Desa Kerobokan - Badung. Salah satu kasus diuraikan seperti berikut.Salah seorang warga mempunyai anak berusia kurang lebih dua tahun. Pada suatu malam, anak itu menangis tanpa sebab dan sulit dikendalikan. Kedua orang tuanya mulai bingung dan mulai membayangkan adanya gangguan - gangguan “Niskala” (abstrak). Dalam keadaan tak berdaya seperti itulah Si Orang Tua “Mesesangi” (berjanji) dan diucapkan dalam Bahasa Bali sebagai berikut: “Dumadak ja panak titiange wusan ngeling, tiyang mesesangi pacang ngaturang tipat tampul ring Gong Luange (Semoga anak saya berhenti menangis. Kalau berhenti menangis, saya akan menghaturkan ketupat dihadapan Gong Luang).
Ternyata setelah selesai dia berucap demikian, anaknya berhenti menangis. Maka keesokan harinya, orang tua anak itu menghaturkan (Bayar Kaul) ketupat dihadapan barungan gamelan Gong Luang di desanya itu. Kasus - kasus semacam ini sering terjadi di Desa Kerobokan dan masyarakat di sana menganggap sesuatu yang aneh tapi nyata dan jadilah peristiwa demi peristiwa itu sebagai tradisi.
Bagi kalian yang mau download dalam bentuk makalahnya bisa klik link ini
Courtesy :https://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Bali
http://mchandranugraha.blogspot.co.id/2013/08/gong-luang.html
http://arsipelagong.com/gamelan-gong-luang/
http://www.balibeyond.com/gamelanbalidoc.html
http://www.isi-dps.ac.id/berita/gamelan-gong-luang/
Tags :
Sejarah Gamelan, Fungsi Gamelan Di Bali, Jenis-Jenis Gamelan di Bali, Gong Luang ( Luwang ). Makalah Gamelan Bali